Jumat, 09 Mei 2014

KTI Kebidanan



BUTUH SBG BHN REFERENSI KTI LENGKAP HUB : 081 225 300 100
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemmpuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, dengan terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang di tandai oleh penduduknya, hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Indonesia. (Depkes RI, 1992).
Tujuan pembangunan kesehatan Indonesia diarahkan untuk lebih meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas sumber daya manusia. Hal ini ditunjukan dengan upaya meningkatakan usia harapan hidup, menurunkan angka kematian bayi, anak dan ibu melahirkan, meningkatkan kesejahteraan keluarga, meningkatkan produktivitas kerja, serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. Pembangunan manusia sebagai insan harus dilakukan dalam keseluruhan proses kehidupannya, mulai dari dalam kandungan, bahkan jauh sebelumnya yaitu dengan memperhatikan tingkat kesejahteraan calon ibu, kemudian sebagai bayi, balita, usia sekolah, remaja, dewasa, usia produktif sampai usia lanjut (Depkes RI, 1998).
Pada masa kehamilan dan persalinan, wanita menghadapi resiko gangguan kesehatan yang dapat mengakibatkan kematian ibu. Resiko kematian yang dialami ibu selama hamol atau bersalin di Indonesia masih tetap tinggi dan kelihatannya belum menunjukan tanda-tanda penurunan yang berarti. Tingginya AKI di Indonesia ini, antara lain disebabkan oleh belum memadainya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dan rendahnya cakupan penanganan kasus obstetric. Cakupan persalinan oleh tenagan kesehatan pada tahun 1992 masih sekitar 25 % telah meningkat menjadi 67% pada tahun 1999, namun belum mencapai 80% yang diperkirakan sepadan dengan AKI sekitar 200/100.000 kelahiran hidup. Selain itu sekitar 70% persalinan masih terjadi di rumah yang dapat menghambat akses untuk mendapatkan pelayanan rujukan secara cepat bila sewaktu-waktu dibutuhkan (Djaja, dkk. 2003).
Angka kematian ibu (MMR) memberi gambaran status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan, kesehatan terutama pelayanan ibu hamil, ibu melahirkan dan masa nifas disamping masih rendahnya kemampuan ekonomi masyarakat. Untuk menekan angka kematian ibu bersalin. Diperlukan beberapa usaha yang insentif antara lain meningkatkan peran bidan desa dan secara bertahap mengurangi peran dukun bersalin. Diperlukan beberapa usaha yang intensif antara lain meningkatkan peran bidan desa dan secara bertahap mengurangi peran dukun bersalin.Disamping hal-hal yang mempengaruhi MMR tersebut. Angka kematian ibu tersebut juga disebabkan oleh persepsi masyarakat terhadap bidan dan dukun bayi.
Menurut Kogers dan Salomon. hampir dua pertiga dari jumlah kelahiran di dunia ditolong oleh dukun bayi. Salah satu sebabnya jumlah dokter dan bidan yang belum sebanding dengan jumlah penduduk yang harus dilayani. Oleh karena itu dukun masih mempunyai peran penting dalam membantu masyarakat, khususnya di bidang kehamilan dan persalinan (Sianipar T, 1992).
Penanganan kasus obstetric baru mencapai 10 % dari perkiraan seluruh kasus komplikasi obstetric, sehingga masih banyak kematian ibu ynag tidak tertangani oleh petugas kesehatan, khususnya bila pertolongan persalinan ilakukan oleh dukun bayi atau anggota keluarga. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut, Depkes RI dibantu oleh WHO, UNICEF, UNDP, muai melaksanakan assesment safe motherhood, antara lain yaitu persalinan yang aman yang bertujuan memastikan setiap penolong kelahiran persalinan mempunyai kemampuan, ketrampilan, ketrampilan dan alat untuk memberikan pertolongan yang bersih dan aman serta memberikan pelayanan nifas pada ibu dan bayi (Prabowo, RA, 2003).
Angka kematian ibu di Kabupaten Xxx tahun 2009 sebesar 32 kelahiran hidup dan menurut estimasi BPS diperkirakan pada tahun 2007 angka kematian ibu sudah menurun menjadi 18/18541 kelahiran hidup dan naik lagi pada tahun 2008 yaitu 21/23077 kelahiran hidup salah satu penyebab tingginya AKI tersebut adalh infeksi yang diakibatkan oleh pertolongan persalinan yang tidak aman (Profil Kes Sultra.2001).untuk cakupan pertolongan persalinan di Kabupaten Xxx yang dilakukan oleh dukun sebanyak 61 oleh bidan sebanyak 13536, dokter SpOG 3388, dokter umum 370, pedamping bidan 662, keluarga sendiri 33, sedanghkan cakupan pertolongan persalinan di kacamatan xxx yg dilakukan oleh dukun sebanyak 5, oleh bidan sebanyak 53, dpkter SpOG 16, dokter umum 2, pendamping bidan 1.
Masalahnya di desa Xxx Kecamatan Xxx Kabupaten Xxx biasanya masyarakatnya terlebih dahulu memanggil dukun bayi di banding bidan, sebab dukun bayi lebih sabar dalam menunggu persalinan, biayanya lebih murah, lebih teliti, rajin merawat bayi dan memandikan bayi.
Berdasarkan data tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap bidan dan dukun bayi sebagai penolong persalinan serta faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi tersebut.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumuskan permasalahan penelitian yaitu : ”Bagaimana persepsi masyarakat terhadap bidan dan dukun bayi sebagai penolong persalinan”.


C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara persepsi masyarakat terhadap bidan dan dukun bayi sebagai penolong persalinan di desa Xxx Kecamatan Xxx Kabupaten Xxx.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mendeskripsikan persepsi masyarakat terhadap bidan dan dukun bayi dalam menolong persalinan di desa Xxx Kecamatan Xxx Kabupaten Xxx.
b. untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap bidan dan dukun bayi dalam menolong persalinan.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat bagi peneliti dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang persepsi masyarakat terhadap bidan dan dukun bayi dalam pertolongan persalinan di desa Xxx Kecamatan Xxx Kabupaten Xxx.

E. Keaslian penelitian
Sepengetahuan penulis belum pernah ada penelitian mengenai persepsi msyarakt terhadp bidan dan dukunn bayi sebagai penolong persalinan desa Xxx Kecamatan Xxx Kabupaten Xxx, baik pada skripsi maupun pada tesis yang terdahulu. Namun ada penelitian yang di lakukan oleh Wiwin Mintarsih pada tahun 2001 dengan judul ”faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya cakupan pertolongan persalinan oleh bidan di desa Xxx Kecamatan Xxx Kabupaten Xxx.
Hasil penelitian yang pernah dilakukan tersebut adalah 13536 pertolongan persalinan ditolong oleh bidan 3388 oleh dokter sedangkan pertolonagan persalinan oleh dukun sebesar 61, pertolongan dokter umum 370, pendamping bidan 662, keluarga sendiri 33.
Perbedaan penelitian tersebut dengan yang akan dilakukan saat ini yaitu mencakup pertolongan persalinan oleh bidan di desa pada penelitian sedangkan pada penelitian ini hanya mengetahui persepsi masyarakat terhadap bidan dan dukun bayi sebagai penolong persalinan.


37
BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Mortalitas dan Morbiditas pada wanita hamil dan bersalin merupakan masalah yang besar dinegara miskin dan berkembang seperti Indonesia. Menurut Women Of Our World 2005 yang diterbitkan oleh Population Reference Bureau (2005) Angka kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 230 kematian per 100.000 kelahiran hidup, angka ini masih sangat tinggi bila dibandingkan dengan beberapa Negara ASEAN.
Sebagian besar kematian perempuan disebabkan komplikasi karena hamil, bersalin dan nifas. Sebagian besar dari komplikasi – komplikasi tersebut sebenarnya dapat ditangani melalui penerapan teknologi kesehatan yang ada. Namun demikian banyak faktor yang membuat teknologi kesehatan kurang dapat diterapkan mulus ditingkat masyarakat diantaranya ketidaktahuan, kemiskinan, rendahnya status sosial ekonomi perempuan, terbatasnya kesempatan memperoleh informasi dan pengetahuan baru, hambatan membuat keputusan, terbatasnya akses memperoleh pendidikan memadai dan kelangkaan pelayanan kesehatan yang peka terhadap kebutuhan perempuan juga berperan terhadap situasi ini.
Faktor-faktor inilah yang menyebabkan masih banyak masyarakat Indonesia berorientasi pada pertolongan persalinan oleh dukun dengan segala keterbatasannya (Sarwono 2006).
Salah satu upaya pemerintah dalam rangka mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu adalah dengan mendekatkan pelayanan kebidanan kepada setiap Ibu yang membutuhkan. Untuk itu sejak tahun 1990 telah ditempatkan bidan di desa dengan polindesnya. Dengan penempatan bidan di desa ini diharapkan peranan dukun makin berkurang sejalan dengan makin tingginya pendidikan dan pengetahuan masyarakat dan tersedianya fasilitas kesehatan, namun pada kenyataanya masih banyak persalinan yang tidak ditolong oleh bidan melainkan oleh dukun. Departemen kesehatan RI memperkirakan bahwa pertolongan persalinan oleh dukun masih mendominasi terutama didaerah pedesaan yaitu mencapai 75% sampai 80% (Manuaba 1998).
Masih banyaknya pengguna jasa dukun disebabkan beberapa faktor yaitu lebih mudahnya pelayanan dukun bayi, terjangkau oleh masyarakat baik dalam jangkauan jarak, ekonomi atau lebih dekat secara psikologi, bersedia membantu keluarga dalam berbagai pekerjaan rumah tangga serta berperan sebagai penasehat dalam melaksanakan berbagai upacara selamatan (Manuaba, 1998).
Keadaan tersebut menuntut peningkatan pelayanan kebidanan yang bermutu sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan masyarakat yang semakin meningkat.
Untuk kabupaten Bone Bolango, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sekitar 4.283 (71,5%) dari 5.986 persalinan. Yang paling rendah cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah di Puskesmas Botupingge. Pada tahun 2005 jumlah persalinan diwilayah kerja puskesmas Botupingge adalah 158 orang, dari jumlah tersebut 92 (58,61%) ditolong oleh dukun dan 66 (41,39%) ditolong oleh bidan. Dan pada tahun 2006 jumlah persalinan mencapai 177 orang dimana 84 (47,81%) ditolong oleh bidan dan 93 (52,19%) ditolong oleh dukun. Dengan demikian rata-rata pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun di wilayah kerja puskesmas Botupingge pada dua tahun terakhir (2005-2006) sekitar 53,21%. Dari pertolongan persalinan oleh dukun ini menimbulkan berbagai masalah diantaranya partus lama mencapai 5%, infeksi 3,6% dan kematian bayi baru lahir 2% (profil kabupaten Bone Bolango).
Sarana kesehatan yang tersedia diwilayah kerja Puskesmas Batupingge yaitu Polindes 4 buah. Tenaga bidan di Puskesmas Batupingge 3 orang, setiap bulannya pertolongan persalinan rata-rata 3 sampai 4 orang (Profil Puskesmas Batupingge).
Berdasarkan permasalahan-permasalahan diatas penulis tertarik mengadakan penelitian untuk menggali faktor-faktor apa yang mempengaruhi Ibu dalam memilih penolong persalinan.


  1. Perumusan Masalah
Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi Ibu dalam memilih penolong persalinan diwilayah kerja Puskesmas Batupingge Kabupaten Bone Bolango Gorontalo ?

  1. Tujuan Penelitian
        1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Ibu dalam memilih penolong persalinan diwilayah kerja Puskesmas Batupingge Kabupaten Bone Bolango Gorontalo.
        1. Tujuan Khusus
  1. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang penolong persalinan.
  2. Untuk mengetahui sikap Ibu terhadap penolong persalinan.
  3. Untuk mengetahui penghasilan Ibu yang mendukung dalam pengambilan keputusan untuk memilih penolong persalinan.
  4. Untuk mengetahui jarak rumah Ibu dengan penolong persalinan.

  1. Manfaat Penelitian
        1. Bagi Dinas kesehatan kabupaten Bone Bolango
Sebagai masukan tentang kualitas pelayanan KIA dan dijadikan dasar dalam pengambilan kebijakan.
        1. Bagi Puskesmas Botupingge
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang bagaimana Ibu memilih bidan dan dukun bayi sebagai penolong persalinan yang dapat dijadikan sebagai masukan dalam peningkatan kualitas pelayanan kebidanan.
        1. Bagi Institusi Pendidikan.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian pustaka bagi kemajuan Ilmu Pengetahuan dan penelitian lebih lanjut.
        1. Bagi Peneliti.
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam penelitian dan meningkatkan pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Ibu dalam memilih penolong persalinan.













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Persalinan
  1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar (Sarwono, 2006).
Persalinan adalah proses untuk mendorong keluar (ekspuisi) hasil pembuahan yaitu janin yang viabel, plasenta dan ketuban dari dalam uterus lewat vagina kedunia luar (farrer, 2001)
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 1998).
  1. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan
  1. Power : Dengan adanya kontraksi dan kekuatan mengedan dari ibu mendorong janin kearah bawah, kontraksi ini juga menimbulkan putaran paksi dalam, penurunan kepala atau bagian terendah sehingga menekan serviks dimana terdapat fleksus frankenhauser yang menyebabkan terjadinya kontraksi dan refleks mengedan. Dengan adanya kontraksi dan refleks mengedan ini makin mendorong bagian terendah sehingga terjadilah pembukaan dan dilatasi serviks.
  2. Passage : Persalinan dapat berlangsung dengan baik tergantung pada luasnya jalan lahir yang terutama ditentukan oleh bentuk panggul dan ukuran-ukuran panggul. Bentuk panggul yang normal adalah panggul ginekoid dengan ukuran pintu atas panggul 11cm dan ukuran pintu bawah panggul, ukuran muka belakang 11,5 cm, melintang 10,5 cm dan diameter sagitalis posterior 7,5 cm serta bidang luas panggul ukuran muka belakang 12,75 cm dan ukuran melintang 12,5 cm.
  3. Passenger : Untuk persalinan kepala janin adalah bagian yang terpenting karena dalam persalinan perbandingan antara besarnya kepala dan luasnya panggul merupakan hal yang menentukan. Ukuran muka belakang kepala janin pada pintu atas panggul menempatkan diri pada ukuran melintang atau ukuran serong dari pintu atas panggul.
  4. Posisi : Dalam persalinan ada beberapa alternatif posisi yang bisa digunakan ibu dalam proses persalinan. Dengan membiarkan ibu untuk memilih posisi pada kala II persalinan memiliki banyak keuntungan misalnya kurangnya rasa tidak nyaman, kurang trauma perineum, ibu mudah mengedan dan memberikan dorongan pada janin untuk posisi yang pas antara janin dan panggul ibu.

  1. Psikologi : Dukungan psikologis pada ibu bersalin sangat penting untuk memperlancar proses persalinan, ibu bersalin yang tidak didukung secara emosional memicu reaksi psikologis yang mengganggu efisiensi kemajuan persalinan (Farrer, 2001).
  1. Proses terjadinya persalinan
Penyebab sebenarnya yang membuat persalinan dimulai masih belum diketahui tetapi ada beberapa faktor yang turut berperan :
  1. Teori penurunan kadar hormon
Penuaan plasenta menyebabkan villi koriales mengalami perubahan sehingga kadar estrogen dan progesterone menurun dan hal ini menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul kontraksi.
  1. Teori distensi uterus
Kaedaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus, hal ini merupakan faktor yang dapat mengganggu sirkulasi utero plasenter sehingga plasenta mengalami degenerasi.
  1. Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser bila ganglion ini di tekan misalnya oleh kepala janin maka akan timbul kontraksi otot polos uterus (Manuaba, 1998).

  1. Tanda-tanda Persalinan
    1. Terjadinya His persalinan yaitu pinggang terasa sakit yang menjalar kedepan, sifatnya teratur, interval makin pendek dan kekuatannya makin besar.
    2. Keluar lendir campur darah dari jalan lahir atau Blood Show.
    3. Pengeluaran cairan ketuban menjelang pembukaan lengkap (Sarwono, 2006).
  2. Tahapan dalam persalinan
Persalinan dibagi dalam 4 kala yaitu :
    1. Kala I : dimulai dari saat persalinan sampai pembukaan lengkap (10 cm). proses ini dibagi dalam 2 fase, fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 3 sampai 10 cm.
    2. Kala II : dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
    3. Kala III : dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
    4. Kala IV : dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum (Sarwono, 2006).
  1. Tanda-tanda Bahaya pada Persalinan
    1. Terjadinya pengeluaran abnormal yaitu : darah pervaginam dan cairan yang cukup banyak.
    2. Tekanan darah meningkat dengan gejala : sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur, nyeri epigastrium.
    3. Mutah-muntah yang berlangsung lama dan berat.
    4. Suhu badan meningkat (Manuaba, 1998)

B. Tinjauan Tentang Penolong Persalinan
  1. Bidan
  1. Pengertian Bidan
Menurut WHO bidan adalah seseorang yang telah diakui secara regular dalam program pendidikan bidan diakui secara yuridis, di tempatkan dan mendapat kualifikasi serta terdaftar disektor dan memperoleh izin melaksanakan praktek bidan.
Menurut International Confederation Of Midwives (ICM) bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan bidan yang diakui oleh Negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin melaksanakan praktik kebidanan di Negara itu (Salmah, 2006).
Menurut Ikatan Bidan Indonesia (IBI) bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku dan diberi izin secara sah untuk melaksanakan praktik
(50 tahun IBI, 2003).


b. Peran dan Fungsi Bidan
Bidan mempunyai peran dan fungsi sebagai pelaksana asuhan kebidanan berdasarkan ruang lingkup praktek kebidanan, sebagai pengelola untuk mengembangkan pelayanan dasar kesehatan, sebagai pendidik, bidan memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan peran serta masyarakat khususnya kesehatan Ibu dan anak dan sebagai peneliti, bidan melakukan penelitian terapan dalam bidang kesehatan secara mandiri maupun kelompok (50 tahun IBI, 2003).
c. Wewenang Bidan
Wewenang bidan diatur oleh PERMENKES RI no 900 / Menkes / Sk / VII / 2002 tentang praktek bidan. Salah satu wewenang tersebut yaitu memberikan pelayanan kebidanan (pasal 16) yang terdiri dari : 1). Penyuluhan dan konseling, 2). Pemeriksaan fisik, 3). pelayanan antenatal pada kehamilan normal, 4). Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil dengan abortus Imines, hiperemesis gravidarum tingkat I, pre eklamsi ringan dan anemia ringan, 5). Pertolongan persalinan normal, 6). Pertolongan persalinan abnormal yang mencakup letak sungsang, partus macet kepala didasar panggul, ketuban pecah dini tanpa infeksi, distosia karena inersia uteri primer, 7) Pelayanan Ibu nifas normal, 8) Pelayanan Ibu nifas abnormal yang mencakup retensio plasenta dan infeksi ringan, 9). pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi yang meliputi keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid (Wahyuningsih, 2005).
d. Ruang Lingkup Praktek Kebidanan
Ruang lingkup praktek kebidanan meliputi : 1). Asuhan mandiri atau otonomi pada anak perempuan, remaja putri dan wanita desa selama masa hamil, bersalin dan nifas, 2). Menolong persalinan atas tanggung jawabnya sendiri dan merawat bayi baru lahir, 3). Pengawasan pelayanan kesehatan masyarakat di posyandu (tindakan dan pencegahan), 4). Penyuluhan dan pendidikan kesehatan pada Ibu, keluarga dan masyarakat termasuk persiapan menjadi orang tua, menentukan keluarga berencana deteksi kondisi abnormal pada ibu dan bayi, 5). Pelaksanaan pertolongan kegawat daruratan primer dan sekunder pada saat tidak ada pertolongan medis (50 tahun IBI, 2003).
Penempatan bidan didesa ditujukan untuk meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan melalui puskesmas dan posyandu. Hal ini dilakukan dalam rangka menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak balita dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup sehat (Manuaba, 1998).
  1. Dukun Bayi
a. Pengertian Dukun Bayi
Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat (biasanya wanita) yang mendapat kepercayaan serta memiliki keterampilan menolong persalinan secara tradisional, dalam memperoleh keterampilan tersebut, dukun mendapatkannya secara turun temurun (Depkes, 1993 a).
b. Peran Dukun Bayi dalam Pertolongan Persalinan di Masyarakat
Pada kehidupan masyarakat pedesaan yang memegang nilai-nilai tradisi, dukun bayi mempunyai peranan penting dalam memberikan pertolongan persalinan karenan dianggap dapat memberikan rasa aman secara psikologis bagi ibu yang menghadapi persalinan. Persalinan tradisional yang diberikan dukun bukan hanya pada saat persalinan tetapi sampai 40 hari pasca melahirkan.
Walaupun dukun bayi tidak dapat mencegah kematian ibu jika terjadi komplikasi, mereka dapat berperan dalam menyelamatkan ibu Meskipun demikian dalam pelaksanaan pertolongan persalinan masih ditemukan berbagai hambatan antara lain :
    1. Dukun bayi kurang menyadari manfaat penggunaan dukun kit.
    2. Dukun bayi kurang menghiraukan cara pertolongan persalinan yang bersih dan aman.
    3. Kurangnya kemampuan dukun bayi dalam mengenali resiko tinggi persalinan.
    4. Dukun bayi kurang menyadari bahaya akibat keterlambatan merujuk pada kasus resiko tinggi persalinan (Dep-Kes, 1993 b).





C. Perilaku Masyarakat Sehubungan dengan Pelayanan Kesehatan
Masyarakat yang tidak mendapat penyakit dan tidak merasa sakit sudah tentu tidak akan bertindak apa-apa, tetapi bila mereka diserang penyakit maka akan timbul berbagai macam perilaku sebagai berikut :
  1. Tidak bertindak atau melakukan kegiatan apa-apa.
  2. Tindakan mengobati sendiri (Self Treatment)
  3. Mencari pengobatan kefasilitas-fasilitas pengobatan tradisional.
  4. Mencari pertolongan dengan membeli obat-obat kewarung-warung obat termasuk ketukang jamu.
  5. Mencari pengobatan kefasilitas-fasilitas pengobatan modern yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta.
  6. Mencari pengobatan kefasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan oleh dokter praktik
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah totalitas penghayatan dan aktifitas seseorang yang merupakan hasil bersama antara berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal.
Benyamin Bloom (1908) membagi perilaku manusia kedalam 3 domain yakni : a). Kognitif (cognitive), b). Afektif (Affective), c). Psikomotor (Psycohomotor) sedangkan Lawrence Green (1980) menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yakni faktor perilaku (Behaviuor Causes) dan faktor diluar perilaku (Non Behaviuor Causes), selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu, 1). faktor predisposisi (predisposing factor) meliputi pengetahuan, umur, paritas, pendidikan dan sikap, 2). faktor pendukung (enabling factor) meliputi sosial ekonomi dan jarak, 3). fakor pendorong (reinforcing factor) meliputi adanya anjuran kelompok referensi (keluarga) dan kepuasan pelayanan.
Dari teori-teori diatas kita dapat menyimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan termasuk di dalamnya memilih penolong persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1.      Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan itu terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Overt behavior). Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :
    1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) termasuk suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
    1. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
    1. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real.
    1. Analisa (Analysis).
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obejek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
    1. Sintesis (Synthesis)
Sintesis adalah menunjuk suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
    1. Evaluasi (Evaluation).
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu di dasarkan pada suatu kriteria yang di tentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2007).
  1. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Ada tiga komponen pokok yang membentuk sikap yang utuh yaitu :
  1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
  2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
  3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behove)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Sikap ini terdiri dari beberapa tingkatan yaitu :
  1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
  1. Merespon (Responding)
Merespon adalah memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan tugas yang diberikan.
  1. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mediskusikan suatu masalah.
  1. Bertanggung Jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko (Notoatmodjo 2007).
  1. Penghasilan
Penghasilan adalah suatu keadaan yang menunjukkan segala hal berkaitan dengan urusan keuangan suatu rumah tangga. Salah satu indikator ekonomi suatu keluarga dapat diketahui berdasarkan tingkat pendapatan keluarga setiap bulannya. Penghasilan yang rendah sangat berpengaruh terhadap kesehatan ibu hamil dan bersalin terutama dalam hal pencarian pelayanan kesehatan (BPS, 2006).





BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL

    1. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian
Upaya pencarian penolong persalinan pada dasarnya adalah suatu bentuk keputusan yang diambil oleh seorang Ibu dalam menentukan dan memilih tenaga yang dapat membantu dan menolongnya pada saat melahirkan. Dilakukan atau tidaknya keputusan itu dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : pengetahuan, sikap, status ekonomi dan jarak yang secara sistematis diuraikan sebagai berikut :
      1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Tingkat pengetahuan seseorang mempengaruhi perilaku individu. Semakin tinggi pengetahuan seseorang semakin matang dalam memutuskan untuk bertindak termasuk didalamnya seorang ibu memutuskan untuk memilih tenaga kesehatan atau bidan untuk menolong persalinannya.
      1. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan.
Sikap ibu yang positif tentang tenaga kesehatan atau bidan maka ibu tersebut diharapkan dapat mengambil keputusan untuk memilih tenaga kesehatan atau bidan untuk menolong persalinan.
      1. Penghasilan
Penghasilan yaitu kekuatan keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Semakin tinggi penghasilan suatu keluarga semakin besar kemungkinan untuk memilih sarana pelayanan yang lebih baik termasuk dalam memilih tenaga terlatih dan professional dalam persalinannya.
      1. Jarak
Jarak adalah waktu tempuh yang digunakan untuk memanggil tenaga kesehatan atau bidan.
Penempatan bidan di desa merupakan salah satu upaya untuk mendekatkan pelayanan kesehatan ditengah-tengah masyarakat sehingga diharapkan jarak yang terlalu jauh ketempat pelayanan kesehatan bukan lagi merupakan satu alasan ibu memilih dukun sebagai penolong persalinan.

    1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas serta mengacu pada teori dan konsep yang telah dikemukakan disusunlah kerangka konsep penelitian sebagai berikut :
B. KERANGKA KONSEP PENELITIAN

Pengetahuan

Description: http://dc230.4shared.com/img/c5bQ1UtP/preview_html_m687bd933.gif
Sikap
Perilaku Ibu Memilih Penolong Pesalinan
Description: http://dc230.4shared.com/img/c5bQ1UtP/preview_html_m5826245b.gif
Status Ekonomi

Description: http://dc230.4shared.com/img/c5bQ1UtP/preview_html_m72068e43.gifDescription: http://dc230.4shared.com/img/c5bQ1UtP/preview_html_m5ede025f.gifDescription: http://dc230.4shared.com/img/c5bQ1UtP/preview_html_m73dcaa16.gif
Jarak


Kepuasan Pelayanan



Keterangan :
Description: http://dc230.4shared.com/img/c5bQ1UtP/preview_html_f36444b.gifVariabel yang diteliti
Description: http://dc230.4shared.com/img/c5bQ1UtP/preview_html_m41b1e825.gifVariabel yang tidak diteliti

C. Defenisi Operasional
Untuk memberikan kemudahan di dalam mengidentifikasi variabel yang diteliti ditetapkan batasan-batasan sebagai berikut :
      1. Yang dimaksud dengan pengetahuan dalam penelitian ini adalah pemahaman Ibu tentang hal-hal yang berkaitan dengan persalinan dan penolong persalinan.

Kriteria Objektif :
Baik : Bila pertanyaan dijawab dengan benar > 75%
Cukup : Bila pertanyaan dijawab dengan benar 60-75%
Kurang : Bila pertanyaan dijawab dengan benar < 60%
Skala Ordinal

      1. Yang dimaksud dengan sikap dalam penelitian ini adalah kecenderungan atau respon Ibu untuk medukung atau memihak maupun perasaan tidak memihak terhadap penolong persalinan.
Kriteria Objektif
Baik : Bila pernyataan dijawab dengan benar > 75%
Cukup : Bila pernyataan dijawab dengan benar 60-75%
Kurang : Bila pernyataan dijawab dengan benar < 60%
Skala Ordinal

      1. Yang dimaksud dengan penghasilan dalam penelitian ini adalah besarnya jumlah pendapatan keluarga perbulan yang dinyatakan dengan rupiah
Kriteria Objektif
Tinggi : Jika penghasilan > 700.000 per bulan
Cukup : Jika penghasilan 450.000 - 700.000 per bulan
Kurang : Jika penghasilan < 450.000 per bulan
      1. Yang dimaksud dengan jarak dalam penelitian ini adalah waktu tempuh perjalanan yang diperlukan untuk memanggil tenaga penolong persalinan
Kriteria Objektif
Terjangkau : Jika jarak 3 Km
Tidak Terjangkau : Jika jarak > 3 Km












BAB IV
METODE PENELITIAN

      1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional study dimana data-data yang berkaitan dengan variable independent dan dependen dikumpulkan secara besamaan untuk mendapatkan gambaran faktor-faktor yang memperngaruhi Ibu dalam memilih penolong persalinan diwilayah kerja puskesmas Botupingge.

    1. Lokasi dan Waktu Penelitian
      1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan diwilayah kerja puskesmas Botupingge
      1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan bulan mei sampai juli 2007

C. Instrumen Penelitan
Instrumen penelitian yang digunakan yaitu kuesioner untuk mengumpulkan data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam memilih penolong persalinan di wilayah kerja puskesmas Botupingge




D. Populasi dan Sampel
  1. Populasi
Yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah semua Ibu-ibu pasca melahirkan yang ditolong oleh bidan maupun dukun bayi di wilayah kerja puskesmas Botupingge tahun 2007
  1. Sampel
Ibu-ibu pasca melahirkan yang ditolong oleh bidan maupun dukun bayi di wilayah kerja puskesmas Botupingge periode bulan januari sampai juni 2007.
  1. Cara Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan kriteria semua ibu-ibu pasca melahirkan baik yang di tolong oleh bidan maupun dukun di wilayah kerja Puskesmas Botupingge yang ada pada waktu dilakukan penelitian dan berdomisili tetap di wilayah kerja Puskesmas Botupingge

  1. Metode Pengumpulan Data
  1. Data Primer : data di peroleh dari ibu-ibu pasca melahirkan baik yang ditolong oleh bidan maupun dukun di wilayah kerja Puskesmas Botupingge dengan menggunakan kuesioner.
  2. Data Sekunder : data yang diperoleh melalui profil puskesmas Botupingge.

  1. Pengolahan dan Penyajian Data
  1. Pengolahan Data
Data yang diperoleh diolah menggunakan komputer dengan langkah-langkah sebagai berikut :
    1. Editing
    2. Koding
    3. Tabulasi data
  1. Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan prosentase yang disertai narasi.
  1. Analisis Data
Data di analisis dengan menggunakan statistik deskriptif
  1. Jadwal Pelaksanaan
No
Jenis Kegiatan
Bulan
Mei
Juni
Juli
Minggu
Minggu
Minggu
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Penyusunan Proposal










2
Konsultasi









3
Ujian Proposal











4
Penelitian











- Pengolahan data












- Analisa












- Perbaikan











5
Ujian Skripsi











I. Organisasi
1. Pembimbing I : Pesta Corry Sihotang, Dipl.M, SKM, M.Kes
2. Pembimbing II : Drs. Jumain, Apt.M.Kes
3. Peneliti : Yusni Igirisa




















BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Botupingge. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 3 sampai 10 juli 2007. setelah data primer terkumpul, dimana data primer ini diperoleh melalui kuesioner yang dibagikan kepada 40 responden.
Hasil pengolahan data yang telah dilakukan kemudian disajikan dalam bentuk tabel frekuensi yang disertai penjelasan sebagai berikut :





Tabel I : Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan
Jumlah (F)
Persen (%)
PT
SMA / Sederajat
SMP
SD
6
17
10
7
15
42,5
25
17,5
Data Primer
Tabel 1 : Memperlihatkan tingkat pendidikan yang dimilki responden bervariasi dari tingkat SD sampai perguruan tinggi. Karakteristik responden terbanyak adalah yang berpendidikan SMA/Sederajat yaitu berjumlah 17 orang (42,5%) sedangkan yang terendah adalah yang berpendidikan perguruan tinggi yaitu berjumlah 6 orang (15 %).


Tabel 2 : Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Umur
Jumlah (F)
Persen (%)
< 20 tahun
20-30 tahun
> 30 Tahun
5
23
12
12,5
57,5
30
Total
40
100
Data Primer
Tabel 2 : Memperlihatkan bahwa karakteristik responden terbanyak berumur 20-30 tahun yang berjumlah 23 orang (57,5%) sedangkan yang terendah berumur < 20 tahun yang berjumlah 5 orang (12,5%).
Tabel 3 : Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Jenis Pekerjaan
Jumlah (F)
Persen (%)
Bekerja
Tidak Bekerja
11
29
27,5
72,5
Data Primer
Tabel 3 : Memperlihatkan bahwa karakteristik responden terbanyak adalah yang tidak bekerja berjumlah 29 orang (72,5%) dan yang tidak bekerja berjumlah 11 orang (27,5%).

B. Analisa Deskriptif
Analisa ini bertujuan untuk mendeskripsikan variabel-variabel yang diteliti menurut jenis datanya masing-masing dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase seperti yang disajikan berikut ini :


Tabel 4 : Distribusi pengetahuan responden tentang persalinan dan penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Botupingge periode bulan Januari - Juni 2007.

Pengetahuan
Jumlah Responden (F)
Persen (%)
Baik
Cukup
Kurang
19
16
5
47,5
40
12,5
Total
40
100
Data Primer
Tabel 4 : Memperlihatkan bahwa dari 40 responden yang berpengetahuan baik tentang persalinan dan penolong persalinan berjumlah 19 orang (47,5%), berpengetahuan cukup 16 orang (40%) dan pengetahuan kurang 5 orang (12,5%).
Tabel 5 : Distribusi sikap responden terhadap penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Botupingge periode bulan Januari - Juni 2007.

Sikap
Jumlah Responden (F)
Persen (%)
Baik
Cukup
Kurang
7
24
9
17,5
60
22,5
Total
40
100
Data Primer
Pada tabel 5 : Menunjukkan bahwa sikap responden terhadap penolong persalinan kategori baik berjumlah 7 orang (17,5%), kategori cukup berjumlah 24 orang (60 %) dan kategori kurang berjumlah 9 orang (22,5%).
Tabel 6 : Distribusi penghasilan responden di wilayah kerja Puskesmas Botupingge periode bulan Januari - Juni 2007.

Penghasilan
Jumlah Responden (F)
Persen (%)
> 700.000
450.000 – 700.000
< 450.000
9
6
25
22,5
15
62,5
Total
40
100
Data Primer
Tabel 6 : Menunjukkan bahwa dari 40 responden yang berpenghasilan tinggi (> 700.000) berjumlah 9 orang (22,5 %), penghasilan sedang (450.000 – 700.000) berjumlah 6 orang (15 %) dan penghasilan kurang (< 450.000) berjumlah 25 orang (62,5%).
Tabel 7 : Distribusi Jarak rumah responden dengan penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Botupingge periode bulan Januari - Juni 2007.

Jarak
Jumlah Responden (F)
Persen (%)
3 km
> 3 km
15
25
37,5
62,5
Total
40
100
Data Primer
Tabel 7 menunjukkan bahwa jarak rumah responden dengan penolong persalinan yaitu yang berjarak 3 km (terjangkau) berjumlah 15 orang (37,5 %) dan yang berjarak > 3 km (tidak terjangkau) berjumlah 25 orang (62,5%).


C. Pembahasan
  1. Pengetahuan responden tentang persalinan dan penolong persalinan.
Pengetahuan mengenai persalinan dan penolong persalinan merupakan salah satu motivasi yang mendorong seorang ibu dalam upaya mencari solusi yang paling tepat dalam memilih penolong persalinan yang dapat membantunya pada saat melahirkan.
Kesadaran akan pentingnya suatu persalinan ditangani oleh seorang yang profesional didasari oleh sejauh mana pengetahuan seorang ibu mengenai persalinan dan penolong persalinan, karena semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki oleh seorang ibu akan mempengaruhi perilaku ibu tersebut untuk memutuskan memilih tenaga profesional untuk menolong persalinannya.
Tingginya angka kematian ibu tidak lepas dari aspek yang berkaitan dengan penolong persalinan yang tidak profesional dan hal tersebut umunya menimpa ibu-ibu dengan pengetahuan yang kurang tentang persalinan dan penolong persalinan.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari 40 responden yang tingkat pengetahuannya baik tentang persalinan dan penolong persalinan berjumlah 19 orang (14,7 %), cukup berjumlah 16 orang (14 %) dan pengetahuan kurang berjumlah 5 orang (12,5 %).



  1. Sikap responden terhadap penolong persalinan.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2007).
Sikap ibu yang positif tentang penolong persalinan akan mempengaruhi ibu dalam mengambil keputusan yang tepat dalam memilih penolong persalinan dari tenaga yang profesional .
Berdasarkan hasil penelitan bahwa sikap responden terhadap penolong persalinan yang termasuk kategori baik berjumlah 7 orang (17,5%), kategori cukup 24 orang (60%) dan kategori kurang 9 orang (22,5%).
  1. Penghasilan responden
Penghasilan suatu keluarga menjadi tolak ukur yang menghasilkan perbedaan antara kelompok populasi. Rendahnya penghasilan suatu keluarga merupakan salah satu faktor yang berkontribusi secara positif terhadap rendahnya status kesehatan keluarga termasuk di dalamnya memilih penolong persalinan yang menurut sebagian masyarakat adalah suatu yang bernilai mahal.
Semakin tinggi penghasilan suatu keluarga semakin besar kemungkinan untuk memilih sarana pelayanan yang lebih baik termasuk dalam memilih tenaga terlatih dan profesional dalam menolong persalinannya.
Berdasarkan hasil penelitian dari 40 responden menunjukkan angka yang cukup bervariasi diantaranya 9 responden (22,5%) bepenghasilan tinggi, 6 responden (15%) berpenghasilan sedang dan 25 responden (62,5%) berpenghasilan kurang.
  1. Jarak rumah responden dengan penolong persalinan.
Potensi seorang ibu untuk mendapatkan pertolongan yang layak dari tenaga profesional pada saat melahirkan sangat diperankan oleh jarak rumah ibu dengan penolong persalinan.
Jarak yang jauh membatasi kemampuan dan kemauan ibu untuk mencari pelayanan kesehatan termasuk di dalamnya mencari
penolong persalinan yang dapat membantunya pada saat melahirkan.
Berdasarkan hasil penelitan dari 40 responden yang jarak rumahnya 3 km (terjangkau) dari penolong persalinan berjumlah 15 orang (37,5%) dan jarak rumah > 3 km (tidak terjangkau) berjumlah 25 orang (62,5 5%).
Penempatan bidan di desa merupakan salah satu upaya untuk mendekatkan pelayanan kesehatan ditengah-tengah masyarakat sehingga diharapkan jarak yang jauh ke tempat pelayanan kesehatan bukan lagi merupakan satu alasan ibu memilih tenaga yang tidak profesional untuk menolong persalinannya.



BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

  1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
        1. Pengetahuan responden tentang persalinan dan penolong persalinan mayoritas dalam kategori baik yang berjumlah 19 orang (47,5 %).
        2. Sikap responden terhadap penolong persalinan mayoritas dalam kategori cukup berjumlah 24 orang (60%).
        3. Penghasilan responden mayoritas berpenghasilan kurang yang berjumlah 25 orang (62,55).
        4. Jarak rumah responden dengan penolong persalinan mayoritas >3 km (tidak terjangkau) yang berjumlah 25 orang (62,5 %).

  1. Saran
        1. Meningkatkan peranan bidan desa dalam upaya pemantapan KIE dengan metode partisipatif dengan melibatkan tokoh masyarakat setempat dan dilanjutkan dengan proses belajar dalam kelompok kecil yang difasilitasi oleh bidan.
        2. perlunya intervensi pemberdayaan ekonomi keluarga melalui pemberian kredit usaha kecil dengan dukungan sektor terkait.
        3. Perlunya penyuluhan intensif dari petugas kesehatan khusunya bidan.

DAFTAR PUSTAKA

Azrul Azwar (2005). Tingginya Angka Kematian Ibu Bisa di Atasi, http://www.bkkbn.go.id, diakses 4 mei 2007.

Badan Pusat Statistik (2006) Pedoman Survei sosial ekonomi, Jakarta
Departemen Kesehatan RI. (1993a) Pedoman Supervisi Dukun Bayi. Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Kesehatan Keluarga, Jakarta

-------- (1993b) Kurikulum Latihan Dukun. Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Kesehatan Keluarga, Jakarta

-------- (1994) Pengawasan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, Pusat Pendidikan Tenaga kesehatan Jakarta

Dinas Kesehatan Propinsi Gorontalo (2006). Profil Dinas Kesehatan Bone Bolango, Gorontalo.

Hasnah. M Noor (2007). Panduan Penulisan Skripsi, Politeknik Kesehatan Makassar.

Helen Farrer. (2001) Perawatan Maternitas Edisi II, EGC, Jakarta
Heni P. Wahyuningsih (2005) Etika Profesi Kebidanan Penerbit Fitramaya, Jakarta.

Ida Bagus Gde Manuaba. (1998) Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC, Jakarta.

Ikatan Bidan Indonesia. (2003) Bidan Menyongsong Masa Depan. PP IBI, Jakarta.

Intiative For Maternal Mortality Programme (2005). Seminar Hari Kesehatan Sedunia, http://www.ui.edu/indonesia, diakses 4 mei 2007

Puskesmas Botupingge (2006). Profil Puskesmas Botupingge, Gorontalo
Salmah. (2006) Asuhan Kebidanan Antenatal. EGC, Jakarta
Sarwono Prawirohardjo. (2006) Ilmu Kebidanan. Edisi III. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
--------. (2002) Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.

Soekidjo Notoatmodjo. (2007) Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Rineka Cipta, Jakarta.

Suharsimi Arikunto. (2006) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Rineka Cipta. Jakarta.


Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara persepsi masyarakat terhadap bidan dan dukun bayi sebagai penolong persalinan di desa ....

Pengetahuan Mahasiswa TIngkat II Tentang Partograf di Prodi ….. Tahun ….. Download BAB I Pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik pada balita usia 3-5 tahun di posyandu … wilayah kerja puskesmas …. Download BAB I Gambaran penatalaksanaan perawatan bayi prematur oleh tenaga kesehatan di ruang anak RSU …. tahun …. Download BAB I Pengetahuan ibu balita [...]

PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI HEPATITIS B DI POSYANDU ………… TAHUN 2004 2. TINJAUAN PENATALAKSANAAN KEJANG DEMAM DI RUANG ANAK RUMAH SAKIT UMUM ………………… TAHUN 2004 3. GAMBARAN PENGETAHUAN TENAGA KESEHATAN TENTANG PAPSMEAR [


DAFTAR JUDUL

Bagi yang sedang mengerjakan KTI berikut kami berikan contoh-contoh judul KTI. Semoga bisa menjadi referensi. Untuk mendapatkan isi KTI silahkan lihat pada menu Contact
  1. Pengetahuan Mahasiswa TIngkat II Tentang Partograf di Prodi ..... Tahun .....
  2. Pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik pada balita usia 3-5 tahun di posyandu ... wilayah kerja puskesmas ....
  3. Gambaran penatalaksanaan perawatan bayi prematur oleh tenaga kesehatan di ruang anak RSU .... tahun ....
  4. Pengetahuan ibu balita tentang status gizi pada balita di kelurahan .... tahun ....
  5. Faktor-faktor rendahnya penggunaan implant di kelurahan .... kecamatan ... tahun ....
  6. Pengetahuan primigravida tentang tanda-tanda persalinan semu di klinik .... tahun ......
  7. Gambaran sikap dan tindakan akseptor KB dalam mengatasi efek samping alat kontrasepsi suntikan (injectables) di BPS ..... tahun ....
  8. Perilaku remaja putri dalam menangani keputihan di sekolah menengah umum negeri .... tahun ....
  9. Gambaran perilaku ibu menyusui tentang pemberian ASI pada satu hari pertama di RB ..... tahun ....
  10. Pengetahuan dukun terlatih tentang tiga bersih dalam pertolongan persalinan di desa ... tahun .....
  11. Pengetahuan ibu menyusi tentang alat kontrasepsi selama laktasi di kelurahan ... tahun ....
  12. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya mastitis pada ibu postpartum di BPS .... pada bulan Januari - Mei tahun ......
  13. Karakteristik ibu hamil dengan anamia di puskesmas .... tahun ....
  14. Faktor-faktor yang mempengaruhi tidak teraturnya siklus menstruasi pada mahasiswa tingkat ....... program studi kebidanan ..... tahun ....
  15. Gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang manajemen laktasi pada periode post natal di Rumah sakit ibu dan anak ..... tahun .....
  16. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya keikutsertaan suami menjadi akseptor keluarga berencana (KB) di desa .....
  17. Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan ib hamil di puskesmas ..... tahun ....
  18. Penatalaksanaan pijat bayi oleh dukun pijat bayi pada bayi usia 3-7 bulan di desa ..... tahun ....
  19. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pre menstrual syndrom (PMS) pada wanita usia 25-35 tahun di kampung ..... tahun ....
  20. Karakteristik ibu dengan perdarahan post partum di ruang kebidanan .... tahun .....
  21. Gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping depo medroxyprogesterone asetat (DMPA) di RB .....
  22. Hubungan antara suami perokok dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) di wilayah kerja puskesmas .... tahun ....
  23. Faktor-faktor rendahnya cakupan kunjungan ibu hamil yang ke empat (K4) di wilayah kerja puskesmas .... tahun ....
  24. Gambaran faktor-faktor penyebab terjadinya ketuban pecah dini di ruang kebidanan RSUD ..... tahun ....
  25. Gambaran karakteristik ibu bersalin dengan ekstraksi vakum di RSUD ..... tahun ....
  26. Gambaran aktivitas seksual wanita menopause di desa ....... tahun ......
  27. Gambaran penatalaksanaan manajemen aktif kala III oleh bidan di ruang bersalin RSUD ..... tahun ....
  28. Faktor-faktor penyebab gangguan pemberian ASI pada ibu di desa ..... tahun ....
  29. Gambaran penatalaksanaan pre-operasi seksio sesarea di ruang bersalin rumah sakit umum daerah ...... tahun .....
  30. Gambaran pasangan usia subur yang tidak mengikuti keluarga berencana di kelurahan ..... tahun ...
  31. Pengetahuan bidan tentang penanggulangan nyeri persalinan non farmakologis di wilayah kerja puskesmas ...... tahun ...
  32. Pengetahuan dan sikap siswa kelas 1 SMP tentang pubertas di SMP .... tahun ...
  33. Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang melahirkan di bidan di desa .....
  34. Karakteristik kejang demam pada anak di rumah sakit umum ...... tahun ....
  35. Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan KIA oleh bidandi puskesmas ..... tahun ....
  36. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya konsumsi tablet Fe pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas .... tahun ....
  37. Pengetahuan dan sikap bidan dalam penatalaksanaan manajemen rujukan pada ibu bersalin dengan kelainan obstetri di wilayah puskesmas ...... tahun ...
  38. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya akseptor IUD di desa ..... tahun ....
  39. Gambaran penatalaksanaan pemberian ASI pada ibu seksio sesaria di RSU ..... tahun ....
  40. Gambaran peran serta kader dalam kegiatan posyandu di kampung ..... wilayah kerja puskesmas ... tahun ....
  41. Pengetahuan ibu menyusui tentang dampak pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan di Desa ..... tahun ...
  42. Gambaran pengetahuan remaja putri tentang kanker payudara di SMA ...... tahun ...
  43. Faktor penyebab rendahnya pengetahuan remaja awal tentang pendidikan seks di SMP ..... tahun ...
  44. Gambaran pengetahuan klimakterium tentang menopause di dusun ..... desa....kec.... tahun ....
  45. Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang kunjungan neonatal di BPS .... tahun ...
  46. Gambaran karakteristik ibu hamil dengan pre eklampsi dan eklampsi di ruang kebidanan RSUD ... tahun ...
  47. Faktor-faktor rendahnya kunjungan balita di posyandu .... desa....
  48. Gambaran puskesmas mampu pelayanan obstetri dan neonatal emergensi dasar (PONED) di Puskesmas .....
  49. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian makanan pendamping ASI pada bayi kurang dari 6 bulan di wilayah kerja puskesmas .... tahun ...
  50. Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang perdarahan antepartum di RSUD .... tahun .....
  51. Pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang teknik prenatal breastcare, postnatal breastcare dan teknik menyusi di RB .... tahun ....
  52. Kecemasan terhadap perubahan fisik wanita usia 45-55 tahun dalam menghadapi menopause di ..... tahun ....
  53. Karakteristik ibu hamil dengan hiperemisis gravidarum di wilayah kerja puskesmas.... tahun .....
  54. Faktor-faktor penyebab petugas kesehatan tidak melakukan pemeriksaan PAP SMEAR di puskesmas .... tahun ...
  55. Gambaran pengetahuan pasangan infertil tentang infertilitas di desa ....
  56. Tinjauan penatalaksanaan penyakit infeksi saluran pernafasan akut non pnemonia pada balita usia 2 bulan - 5 tahun di puskesmas ..... tahun ...
  57. Faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya akseptor KB kondom di puskesmas .... tahun ...
  58. Pengetahuan ibu tentang imunisasi hepatitis B di posyandu kampung ... wilayah kerja puskesmas .... tahun ...
  59. Tinjauan penatalaksanaan kejang demam di ruang anak Rumah Sakit Umum .... tahun ...
  60. Gambaran pengetahuan tenaga kesehatan tentang papsmear di puskesmas .... tahun ...
  61. Gambaran mobilisasi dini pada ibu post partum dengan tindakan operasi seksio sesarea terhadap pengeluaran lochea dan percepatan penyembuhan luka operasi di RSU .... tahun ...
  62. Tinjauan efek samping alat kontrasepsi pada akseptor KB PIL di ....
  63. Pengetahuan pasangan usia subur tentang kontrasepsi vasektomi di .... tahun .....
  64. Pengetahuan ibu tentang pengganti air susu ibu di wilayah kerja puskesmas .... tahun ...
  65. Pengetahuan dan sikap petugas pelaksana penanganan penderita NAPZA tentang penatalaksanaan NAPZA di panti rehabilitasi ..... tahun ....
  66. Determinan pemberian konsumsi buah segar pada balita di posyandu ....
  67. Kecemasan pasangan suami istri dengan infertil primer di rumah bersalin ....
  68. Penatalaksanaan pencegahan infeksi nifas di ruang kebidanan RSU .... tahun ...
  69. Pengetahuan dan sikap akseptor KB pil tentang efek samping pil oral kombinasi (POK) di kelurahan ..... tahun ....
  70. Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam memilih alat kontrasepsi sunti depoprovera di desa .... tahun ...
  71. Gambaran persyaratan minimal fasilitas pelayanan AKDR diwilayah kerja puskesmas .....
  72. Karakteristik efek samping alat kontrasepsi sunti di desa ... tahun ....
  73. Pengetahuan ibu tentang abortus incompletus di ruang kebidanan rumah sakit umum ... tahun ...
  74. TInjauan pemberian air susu ibu (ASI) kolostrum pada ibu post sectio caesarea di ruang kebidanan RSU ....... tahun ....
  75. Gambaran pengetahuan bidan tentang manajemen aktif kala III di RSUD .... tahun .....
  76. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya cakuptan akseptor baru keluarga berencana alat kontrasepsi dalam rahim di puskesmas ...
  77. Pengetahuan dan sikap dukun terlatih dalam menolong persalinan di wilayah puskesmas ....
  78. Pengetahuan ibu primigravida tentang kehamilan di BPS .... tahun ...
  79. Faktor-faktor alasan ibu mengganti kontrasepsi PIL dengan kontrasepsi suntik di puskesmas ..... tahun ....
  80. Gambaran faktor penyebab akseptor tidak melanjutkan penggunaan kontrasepsi IUD di RB ..... tahun ...
  81. Pengetahuan ibu bersalin tentang rawat gabung di ruang kebidanan rumah sakit umum ..... tahun ...
  82. Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi ibu menyusui dalam memberikan makanan pendamping ASI terlalu dini di Desa ... tahun ....
  83. Karakteristik kanker serviks di ruang kebidanan RSUD .....
  84. Tinjauan penyebab dilakukannya curettage di rumah sakit umum .... tahun ...
  85. Pengetahuan tentang ISPA pada ibu yang memiliki balita sakit ISPA yang berobat ke puskesmas ....
  86. Tinjauan pelaksanaan kegiatan pondok sayan gibu (PSI) di desa ....
  87. Pengetahuan dan keterampilan bidan tentang manajemen aktif kala III di wilayah puskesmas ........
  88. Determinan pemanfaatan tenaga bidan desa dalam pertolongan persalinan di wilayah kerja puskesmas ........
  89. Pengetahuan wanita pra-menopause tentang gejala-gejala fisik menopause di kelurahan ......
  90. Pengetahuan pasangan usia subur tentang kontrasepsi vasektomi di lingkungan ....
  91. Gambaran tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri tentang menarche di SMP ..... tahun ...
  92. Determinan ibu tidak menimbangkan balitanya di posyandu .....
  93. Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian kapsul vitamin A di kelurahan ..... tahun .....
  94. Pengetahuan ibu tentang stimulasi pada bayi usia 0 - 12 bulan di kelurahan .....
  95. Pengetahuan dan sikap ibu post seksio sesarea tentang mobilisasi dini di rumah bersalin .... tahun ...
  96. Studi tentang motivasi mahasiswi memilih profesi bidan di program studi kebidanan ...... tahun .......
  97. Karakteristik ibu yang menyapih bayi di bawha usia 1 tahun di wilayah kerja puskesmas ..... tahun ....
  98. Pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah di SMU ....
  99. Pengetahuan primigravida tentang anemia pad akehamilan di puskesmas .......
  100. Sikap ibu hamil terhadap pelayanan antenatal di puskesmas ...... tahun
  101. Pelaksanaan resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia oleh tenaga kesehatan di rumah bersalin ..........
  102. Pengetahuan ibu primipara tentang masa nifas di rumah bersalin ...... tahun ..
  103. Pengetahuan dan sikap siswa SMU tentang seksualitas pada remaja di SMU ...........
  104. Gambaran tingkat pengetahuan ibu-ibu usia 45 - 55 tahun tentang menopause di desa ... tahun ....
  105. Pengetahuan dan sikap remaja awal tentang perubahan fisiologis pada masa pubertas di SLTPN ...
  106. Pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya masa nifas di ruang kebidanan rumah sakit umum ....
  107. Pengetahuan siswa kelas II sekolah menengah pertama negeri .... mengenai bahaya merokok tahun ....
  108. Pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap tanda-tanda bahaya kehamilan di puskesmas ... tahun ...
  109. Pengetahuan dan sikap masyarakat usia 15 - 39 tahun mengenai mitos, diskriminasi dan stigmasi tehradap HIV/ AIDS di .......... tahun ......
  110. Pengetahuan remaja tentang aborsi pada siswi kelas II SMA .... tahun ....
  111. Pengetahuan tentang gangguan menstruasi dan penatalaksanaannya pada remaja putri kelas II di ................tahun.....
  112. Karakteristik akseptor KB alat kontrasepsi dalam rahim di wilayah kerja puskesmas .....
  113. Gambaran ibu hamil dengan kekurangan energi kronis di wilayah kerja puskesmas .....
  114. Pengetahuan ibu hamil tentang HIS palsu di BPS .....tahun ....
  115. Gambaran PEngetahuan ibu multipara tentang kontrasepsi AKDR di wilayah kerja puskesmas ...... tahun .....
  116. Gambaran pengetahuan remaja wanita kelas II tentang diet seimbang di .....
  117. Gambaran kadar hemoglobin ibu hamil di puskesmas ...... tahun ....
  118. Penatalaksanaan manajemen aktif kala III oleh bidan di puskesmas ...
  119. Pengetahuan dan sikap ibu balita tentang pemberian kapsul vitamin A di puskesmas .... tahun ...
  120. Pengetahuan dan sikap remaja tentang bahaya seks bebas di SMA .... tahun ...
  121. Pengetahuan dan sikap remaja putri tentang dampak kehamilan remaja di SMA .... tahun ...
  122. Pengetahuan dan sikap remaja putri tentang perkembangan organ seks sekunder pada masa pubertas di sekolah menengah pertama ..... tahun .....
  123. Determinan tidak dilakukannya deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) oleh remaja putri kelas II di MAN .... tahun ....
  124. Pengetahuan ibu primigravida tentang tehnik mengejan yang benar saat persalinan di BPS ..... tahun .....
  125. Karakteristik keluarga dengan balita berat badan di bawah garis merah (BGM) di desa...... tahun ....
  126. Tinjauan penatalaksanaan gizi buruk pada balita oleh tenaga kesehatan di puskesmas ..... tahun .....
  127. Pengetahuan ibu tentang pemberian makanan tambahan pada bayi di bawah umur 6 bulan di desa ..... tahun ...
  128. Pengetahuan dan sikap remaja putri tentang menstruasi pada siswi kelas II SMP .....
  129. Pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi hepatitis B1 segera setelah lahir di rumah bersalin .... tahun .....
  130. Gambaran pengetahuan ibu menyusui anak pertama tentang ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas ....
  131. Karakteristik suami dengan ibu menyusui dalam pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas ..... tahun ....
  132. Alasan ibu melakukan penyapihan anak kurang dari 2 tahun di posyandu .....
  133. Gambaran teknik menyusui minggu pertama pada ibu primipara di BPS ..... tahun ....
  134. Pengetahuan ibu hamil tentang kunjungan pemeriksaan kehamilan di BPS .....tahun .....
  135. Pemantauan perkembangan balita di posyandu .....wilayah kerja puskesmas .....
  136. Gambaran pertumbuhan balita di posyandu desa ..... tahun ....
  137. Faktor-faktor penyebab ibu hamil tidak melakukan senam hamil di BPS .....tahun ....
  138. Pengetahuan remaja putri tentang keputihan fisiologis dan keputihan patologis di Madrasah ALiyah NEgeri ..... tahun .....
  139. Determinan ibu hamil tidak melakukan imunisasi tetanus toksoid (TT) lengkap di wilayah kerja puskesmas ......
  140. Keterampiloan pelaksanaan komunikasi terapeutik mahasiswi tingkat II program studi kebidanan...... di lahan praktek tahun .....
  141. Pengetahuan ibu post partum tentang pemberian kolostrum pada bayi baru lahir di BPS ..... tahun ....
  142. Pengetahuan ibu mengenai kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) di puskesmas ......
  143. Gambaran tingkat pengetahuan wanita pramenopause tentang osteoporosis di desa .... tahun ...
  144. Hubungan kejadian pneumonia pada balita dengan status pemberian vitamin A di poliklinik anak ...... tahun ...
  145. Gambaran pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dukun tidak terlatih di wilayah puskesmas pembantu .......
  146. Gambaran penatalaksanaan 6 jam pertama bayi baru lahir normal oleh bidan di ruang kebidanan RSUD .....
  147. Gambaran tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri tentang anemia di SMA .....
  148. PEngetahuan usia lanjut tentang kebutuhan gizi usia lanjut di posyandu lansia desa ....
  149. Tinjauan pelaksanaan pencegahan infeksi pada asuhan persalinan normal oleh bidan di ruang kebidanan RSUD ..... tahun 2008
  150. Gambaran pola makan ibu hamil di BPS ......
  151. Gambaran pengetahuan ibu tentang keluarga sadar gizi (KADARZI) di posyandu .....
  152. Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi ibu tidak menimbang balitanya di posyandu ......
  153. Gambaran perilaku hidup bersih dan sehat dalam rumah tangga di kelurahan ...... tahun ....
  154. Gambaran pelaksanaan teknik menyusui pada ibu menyusui di posyandu .....
  155. Gambaran faktor-faktor wanita pasangan usia subur tidak menggunakan kontrasepsi tubektomi di kelurahan ......
  156. Gambaran kadar hemoglobin (Hb) pada akseptor intra uterine devices (IUD) di kelurahan .....
  157. Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian dismenore pada mahasiswa program studi kebidanan ......
  158. Karakteristik neonatus dengan asfiksia di ruang anak RSUD ....... tahun .....
  159. Gambaran faktor-faktor penyebab wanita PUS tidak melakukan pemeriksaan PAP Smear di wilayah kerja puskesmas ....
  160. Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI dini di BPS .....
  161. Gambaran karakteristik ibu bersalin dengan kehamilan lewat waktu di rumah bersalin.... tahun ....
  162. Gambaran kadar hemoglobin (Hb) pada akseptor intra uterine devices (IUD) di kelurahan ......
  163. Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya tuberkulosis paru pada anak di poli anak RSUD ......
  164. Hubungan antara paritas dan usia ibu dengan plasenta previa di RSUD .... tahun .....
  165. Faktor-faktor penyebab rendahnya pemberian ASI eksklusif pada bayi usia di bawah 6 bulan di kelurahan ......
  166. Gambaran kemampuan motorik kasar pada anak di bawah tiga tahun (BATITA) di posyandu .....
  167. TInjauan pelaksanaan imunisasi campak di posyandu kelurahan ....
  168. Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pneumonia pada balita di puskesmas ........
  169. Gambaran pengetahuan ibu tentang perawatan bayi dengan berat badan lahir rendah di rumah bersalin .....
  170. Hubungan antara pengetahuan ibu balita tentang gizi dengan status gizi balita di kelurahan .....
  171. Hubungan antara pengetahuan ibu balita tentang gizi dengan status gizi balita
  172. Karakteristik perilaku hubungan seks pra nikah pada remaja wanita di desa .....
  173. Hubungan tingkat pengetahuan dan tingkat ekonomi keluarga kader dengan peran serta kader posyandu di kampung ..... tahun .....
  174. Pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang tablet tambah darah (Fe) dalam mencegah anemia kehamilan di BPS .....
  175. Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang nutrisi ibu hamil di desa ..... tahun .....
  176. Pengetahuan dan sikap pekerja seks komersial tentang HIV/AIDS di eks lokalisasi ......
  177. Hubungan faktor lingkungan, tempat tinggal, teman sebaya dan orang tua dengan penyalahgunaan narkotika psikotropika zat aditif lainnya (NAPZA) pada remaja di SMA ....
  178. Gambaran proses penyembuhan luka ibu post seksio sesarea di RKB RSU ..... tahun ....
  179. TInjauan penatalaksanaan perawatan tali pusat pada neonatus di rumah sakit umum .... tahun ....
  180. Faktor penyebab tidak tercapainya target cakupan persalinan oleh bidan di desa .....
  181. Pengetahuan dan sikap ibu tentang imunisasi campak di puskesmas ......
  182. Gambaran penatalaksanaan kala IV persalinan normal oleh bidan praktek swasta di wilayah puskesmas ....
  183. Pengetahuan dan sikap ibu tentang pemantauan status gizi pada anak balita di kelurahan ..... tahun ....
  184. Karakteristik akseptor kontrasepsi MOW di desa ..... tahun ....
  185. Pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama pada balita demam di puskesmas ....
  186. Gambaran faktor penyebab rendahnya peran serta ibu balita di posyandu ..... tahun ....
  187. Gambaran penatalaksanaan perdarahan post partum di rumah bersalin .... tahun....
  188. Gambaran penatalaksanaan anemia pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas .... tahun .....
  189. Gambaran pengetahuan ibu hamil tentnag gizi seimbang pada masa kehamilan di puskesmas ..... tahun.....
  190. Gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi pada kunjungan neonatal pertama (KN 1) di wilayah kerja puskesmas ........ tahun ....
  191. Gambaran efek samping KB suntik depo progestin di puskesmas pembantu .... tahun ....
  192. Pelaksanaan rawat gabung di rumah bersalin handayani .... tahun ....
  193. Gambaran pengetahuan siswa SMPN ..... tentang perilaku hidup bersih dan sehat tahun ..



BAB I
PENDAHULUAN

1.            LATAR BELAKANG
Masalah kesehatan ibu dan anak (KIA) masih merupakan masalah kesehatan di indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mereduksi AKI di indonesia,antara lain meningkatkan pelayanan antenatal disemua fasilitas pelayanan kesehatan dengan mutu yang baik serta menjangkau semua kelompok sasaran,meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga profesional secara berangsur,meningkatkan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil dan melaksanakan sistem rujukan serta meningkatkan pelayanan neonatal dengan mutu yang baik. Tujuan akhir dari program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak(Depkes RI,2005 ).
Salah satu tenaga kesehatan yang terlibat langsung terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak adalah bidan. Bidan mempunyai tugas penting dalam memberikan bimbingan,asuhan dan penyuluhan kepada ibu hamil,persalinan dengan tanggung jawabnya sendiri serta memberikan asuhan kepada bayi baru lahir.asuhan ini termasuk tindakan pencegahan ,deteksi kondisi abnormal pada ibu dan anak,serta melaksanakan tindakan kegawatdaruratan medik(sheila dan anthea,2006)
Hasil survei demografi dan kesehatan (SDKI) tahun 2002-2003,angka kematian ibu mencapai 307 /10.000 kelahiran hidup, hal ini berarti  lebih dari 18.000 ibu meninggal pertahun atau 2 ibu meninggal tiap jam oleh sebab kehamilan ,persalinan dan nifas.Bila dibandingkan dengan target yang hendak dicapai pada tahun 2010 masih jauh dari yang diharapkan yaitu 125/100.000 kelahiran hidup dan 3-6 kali lebih besar dari negara ASEAN lainnya.sebagian besar penyebab kematian ibu secara langsung adalah komplikasi yang terjadi saat persalinan dan segera setelah persalinan (Depkes RI 2005)
Hasil survei kesehatan nasional (Susenas) tahun 2004, bahwa dari 320 wanita usia reproduksi tercatat 38 kematian maternal ,29 % diantaranya terjadi saat hamil,45 % pada saat persalinan dan 26 % pada masa nifas.Proporsi kematian maternal di pedesaan 3 kali lebih besar dari perkotaan. Berdasarkan cakupan pertolongan persalinan diketahui terdapat 31,2 % ibu untuk pertolongan awal persalinan pergi ke tenaga non medis(dukun 28,3 %,kelurga 2,4 %,lain-lain 0,5 %), dan penolong persalinan terbanyak adalah bidan (64,5 %) termasuk bidan praktek swasta(Depkes RI 2005)
Dilihat dari proporsi tenaga bidan di Indinesia sebesar 34,8 / 100.000 penduduk,dengan jumlah bidan 30.236 orang yang ditempatkan di desa-desa seluruh indonesia,dan masih ada 43,22 % desa lagi yang belum tersedia bidan.Hal ini berarti bahwa di indonesia masih membutuhkan tenaga profesional dalam memberikan pertolongan persalinan bagi ibu bersalin(Depkes RI,2005)
Pemanfaatan pertolongan persalinan oleh tenaga profesional (bidan) di masyarakat masih sangat rendah dibandingkan dengan indikator yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh faktor ibu seperti pengetahuan,sikap terhadap keputusan untuk memanfaatkan tenaga ahli dalam pertolonagn persalinan ,serta jangkauan ke pelayanan kesehatan  ,sedangakan menurut Kamil (2006), perubahan pola pencarian  pelayanan kesehatan lebih di dominasi oleh tingkat keparahan penyakit yang dideritanya, persepsi minimnya fasilitas kesehatan yang moderen di indonesia ,tenaga kesehatan yang tidak berkualitas ,dan perilaku tenaga kesehatan yang tidak ramah,dan cenderung memilih-milih.
Dalam beberapa tahun terakhir, Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia telah menurun cukup tajam. AKI menurun dari 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2004 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007, sedangkan AKB menurun dari 35 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2004 menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014). Meskipun demikian, AKI dan AKB di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) masih jauh berada di atas angka nasional dan jauh dari target MDGs tahun 2015. Sampai tahun 2007, AKI di NTT 306 per 100.000 kelahiran hidup, dan AKB 57 per 1.000 kelahiran hidup. Jumlah kasus kematian bayi pada 2007 sebanyak 1.159 kematian (Dinas Kesehatan Provinsi NTT, 2008).
Untuk menurunkan AKI dan AKB sekaligus mencapai target yang ditetapkan MDGs di Provinsi NTT, telah banyak dilakukan intervensi program oleh Kementerian Kesehatan RI, maupun Dinas Kesehatan setempat. Meskipun demikian, semua upaya tersebut belum mampu mencapai hasil yang memuaskan. Untuk menurunkan AKI dan AKB diperlukan upaya yang luar biasa, tidak bisa hanya dengan cara-cara seperti yang telah dilakukan selama ini. Oleh karena itu ada kebijakan Revolusi KIA di NTT.
Dilihat dari aspek tenaga kesehatan ,sebagian besar masyarakat masih menganggap bahwa tenaga medis (paramedis) cenderung berpengalaman ,karena rata-rata usia mereka muda sehingga masyarakat kurang percaya terhadap tindakan persalinan yang dilakukan ole bidan. Hasil penelitian bangsu ( 2001) di Bengkulu, bahwa keputusan masyarakat memilih pertolongan oleh dukun bayi cenderung  dipengaruhi oleh kemudahan mendapatkan pelayanan dukun bayi, selain itu pelayanan yang diberikan oleh dukun bayi bersifat “all in”, yaitu menolong persalinan, membantu pekerjaan ibu hamil pada hari persalinannya, memandikan bayi, dan bahkan bersedia merawat bayi hingga lepas tali pusat dan kondisi ibu mulai pulih.
Menurut Sarwono( 2004) yang mengutip pendapat Andersen dengan teorinya”Andersen’s Behavioral model of Health Service Utilization”, mengemukakan bahwa keputusan untuk menggunakan pelayanan kesehatan itu ada tiga komponen, yaitu (1) komponen predisposisi terdiri dari demografi, struktur sosial dan kepercayaan kesehatan,(2) komponen enabiling ( pendukung) terdiri dari sumber daya keluarga (penghasilan keluarga, kemampuan membeli jasa pelayanan dan keikutsertaan dalam asuransi kesehatan), dan sumber daya kesehatan masyarakat( jumlah sarana pelayanan kesehatan,jumlah tenaga kesehatan, rasi penduduk dan tenaga kesehatan, lokasi sarana kesehatan), ( 3) komponen need, merupakan komponen yang paling langsung berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan. Berdasarkan analisis teori tersebut, maka dapat disimpulkan determinan keputusan ibu hamil untuk melakukan penolong persalina dipengaruhi oleh faktor karakteristik individu,seperti umur, pendidikan, pendapatan keluarga, riwayat persalinan, dan paritas. Selain itu juga dipengaruhi oleh dukungan kelurga,dan keterjangkauan terhadap pelayanan kesehatan.
Menurut Bungsu( 2001),faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pertolongan persalinan antara lain faktor demografi meliputi umur dan paritas ibu melahirkan,faktor pendidikan pengetahuan ibu, faktor ekonomi dan lingkungan sosial. Menurut Kristiani dan Abbas (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan tenaga profesional (bidan desa) antara lain faktor lingkungan tempat bidan bertugas, kesadaran masyarakat, bidan yang bertugas ditempatnya, termasuk juga keadaan kemampuan biaya dari masyarakat.
Menurut Pertama( 2002) bahwa mereka yang mempunyai pendidikan yang tinggi yaitu setingkat SLTA ke atas dan pengetahuan kategori baik cenderung memanfaatkan pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional, karena faktor pendidikan dan pengetahuan sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan terhadap pemilihan pertolongan persalin.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar